Cerita Penghilang Bosan Maafkan aku Hana Ep 3

Maafkan aku Hana Ep 3
by Chacha Asmad
“Hai e…Shania!” Nirmala melihat nama yang tertera pada cover
komik yang dibaca siswi itu, “tadi kamu bilang tidak tau, tapi sekarang?”
“Aku masih tidak tau, kalau ternyata benar itu namanya dia
pasti akan menoleh
“Tapi lihatlah dia masih terpaku dengan komiknya,” Nirmala berdeham
ia ingin terus mencoba, “hei Shania, kamu kenal dengan kami? Jelas yah karena
kami teman sekelasmu,”Nur menggeleng, menurutnya itu akan membuat siswi itu
tidak membuka pintu persahabatan bagi mereka
“Ehm…hei Shania, aku Nur, Syahraeni dan Nirmala ingin
menjadi sahabatku, kamu mau kan? Nur menatapnya dengan mata mengerling
Siswi itu menurunkan pandangannya dari komik. Ia mulai
mendongak perlahan,” ih hantu!” Nur langsung memukul tipis bahu kedua temannya,
siswi itu kembali menunduk
“Bagaimana kamu mau kan? Jika kamu menatap kami berarti ia,
tapi jika tidak…
“Assalamu’alaikum Shania, ketiga siswi itu menoleh ke arah
pintu, siswi di depan mereka juga begitu lalu perempuan berumur tiga puluh
tahun lebih itu menghampiri mereka.
“Kalian teman sekelasnya Shania yah, kalau begitu kenalkan
saya Hana, sahabatnya Shania
Mereka bertiga manggut-manggut, memandang perempuan itu lalu
memandang siswi itu, “tadi kamu bilang nama penulis komik, tapi ternyata,”
Nirmala mendekatkan matanya pada Nur hingga membuat temannya itu mengerucut, “mana
aku tahu kalau namanya beneran it”
Laila geram melihat mereka, ia membuang plastik kripiknya
dalam tas lalu berdiri di sela mereka,”hentikan! Berhenti adu mulut, kalian mau
berkelahi atau mau menjadi sahabat Shania?”
Perempuan itu membelalak, ia memandangi wajah ketiga siswi
itu satu persatu yang masih bersitegang,” Shania ini bekal kamu, di makan yah
dan habiskan,” siswi itu mengangguk sambil tersenyum tipis, ketiga siswi itu
memperhatikan ekspresinya.
“Kalian benar ingin bersahabat dengan Shania? Perempuan itu
merunduk sejajar dengan mereka sambil tersenyum merekah
“Ia itu benar, tapi tante ini siapa, benar sahabatnya
Shania, benar juga namanya Shania?” Nur menyenggolnya, sapaan pertama Nirmala
baginya kurang sopan, ia tersenyum, merunduk dan memandangi Nirmala, tatapan
matanya menyuruh temannya bermata sipit, hidung agak pesek dan bibir yang agak
tebal itu diam. Siswi berdarah setengah tionghoa dan setengah Bugis itu manyung
tapi ia mengalah.
“Maaf, apa kami tidak boleh menjadi sahabat Shania, kami
lihat dia tidak punya teman jadi kami mau menjadi temannya
“Wah pasti Shania akan senang, biasanya dia perlu waktu berbulan-bulan
untuk mendapatkan teman, tapi di sekolah barunya ini ternyata ada siswi sebaik
dan setulus kalian
Nur tersenyum dipuji, sebaliknya Nirmala buang muka, siswi
gendut itu juga ikut tersenyum lebar, hingga
gigi dan gusi bagian atasnya kelihatan semua.
“Nah, Shania, bagaimana kamu mau kan berteman dengan mereka,”
Hana berdiri dengan lutut sambil memegang pundak Shania yang memandangnya
dengan diam, ”Wah, Shania setuju,” ketiga siswi itu bersorak, awalnya mereka
tak yakin karena Shania menatap mereka seperti tak percaya, tapi karena
anggukan Hana ia jadi yakin
“Nah kalau begitu, makanlah bekal ini dan bagi sedikit ke
mereka sebagai awal persahabatan,” Shania menggeleng, ia menyimpan komiknya
dalam tas, “bukannya awal persahabatan itu dengan pelukan?” ketiga siswi itu
langsung mendekat dan memeluk Shania dengan erat, meski siswi itu tak
menyambutnya
“Sekarang kita resmi berteman,” ujar Nirmala dengan penuh
keyakinan. Hana tersenyum , ia melihat arlojinya lalu memeluk Shania,” Saya
pamit dulu,” Shania mengangguk, “Saya pamit yah, tolong jadilah sahabat yang
baik baginya
“Sahabatku hanya Hana, mereka bertiga hanyalah temanku,”
ucapannya yang baru saja keluar membuat keheningan, tapi Hana menepisnya dengan
senyum, tatapan mata yang dilemparkan pada ketiga siswi itu meyakinkan kalau
mereka bisa menjadi sahabat Shania. Hana mengucap salam, lalu berlalu keluar
dalam kelas, Shania memandanginya hingga tak terlihat lagi.
“Shania, kamu makanlah kami tidak ingin mengganggumu,
lagipula kami sudah kenyang,” Laila mengernyit, ia ngiler melihat isi kotak
nasi Shania,”tidak ikut makan?”
“Saya mau!” Nur langsung menyenggolnya, matanya kali ini
bernada melarang,”tidak, kamu saja yang makan,nanti setelah selesai baru kami
ke sini lagi, soalnya e…kamu pasti ingin menikmati makanan sahabatmu itu dan
kami tidak ingin mengganggu
“Mhhh, sok baik,” lirih Nirmala
Mereka bertigapun keluar, sambil berbisik-bisik. Shania tak
lagi menghiraukannya, perutnya sudah keroncongan, yang sekarang dikepalanya
hanya ingin menyantap nasi goreng sayur kesukaannya.
“Sekarang katakan dengan jujur kenapa kamu ingin berteman
dengan anak itu,” Nur bertanya dengan berkacak pinggang,” apa salah?” Nur
menggeleng,”tidak, tapi aku yakin kamu punya niat lain”
“Kupikir kita akan menemukan harta karun jika bertemu
dengannya,” jawabannya membuat Nur dan Laila bertatapan,” harta karun apa
maksudmu?” tanya mereka bersamaan, “yah, alasan kenapa dia seperti itu
mengundang banyak teka teki, dan jika dipecahkan pasti akan seru, sesuatu yang
aneh, uniq, tidak biasa lalu terkuak itu harta karun,” mereka mengangguk,
karena pendapat mereka tentang harta karun sama.
Komentar
Posting Komentar